Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) dan Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) telah resmi melakukan penggabungan atau merger. Hal ini diklaim sebagai salah satu langkah untuk mempercepat perkembangan bursa kripto di Indonesia.
Executive Director Aspakrindo-ABI, Asih Karnengsih menjelaskan bahwa kedua asosiasi tersebut memiliki visi yang sama. Upaya merger dapat mendorong kolaborasi antar para pemangku kepentingan.
Sebelumnya, Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) memiliki 57 anggota yang diantaranya terdapat pelaku usaha hingga komunitas kripto, Web3, dan blockchain. Setelah resmi merger, selanjutnya akan ada pengembangan program-program baru untuk meningkatkan manfaat teknologi blockchain bagi para pelaku usaha.
Penggabungan Secara Operasional
Chief Compliance Officer (COO) Reku sekaligus Ketua Umum Aspakrindo, Robby menjelaskan bahwa penggabungan Aspakrindo-ABI dilakukan secara operasional. Kedua asosiasi tersebut saat ini sedang menjalankan kepengurusan bersama untuk mendukung pengawasan serta pengembangan industri kripto yang berkelanjutan.
Robby juga berharap semua pengguna kripto harus meningkatkan kolaborasi dengan multi-stakeholders. Dalam hal ini, salah satu upaya yang dilakukan Reku adalah dengan bekerja sama dengan ABI untuk mengadakan acara literasi kripto dan blockchain.
Acara literasi tersebut diusung dalam program ABI Goes to Campus yang diadakan di 4 kampus ternama Indonesia. Tujuannya adalah untuk meningkatkan literasi mahasiswa dalam melakukan investasi khususnya kripto. Apalagi, hampir 50% pengguna Reku berasal dari kalangan Gen Z dan milenial.
Hal inilah yang membuat terciptanya peluang besar untuk ekosistem kripto di Indonesia. Selain edukasi, asosiasi juga bekerja sama dengan regulator (Bursa Kripto) untuk meningkatkan kepercayaan pengguna.
Baca Juga: Daftar Lengkap 36 Calon Pedagang Aset Kripto Indonesia Per September 2023