Berdasarkan informasi dari Chainanlysis, Indonesia menduduki posisi ke-7 dunia dalam adopsi aset kripto grassroots (kalangan masyarakat biasa). Kesimpulan tersebut diperoleh berdasarkan laporan tahunan Geography of Cryptocurrency yang dirilis pada bulan Oktober 2023.
Perusahaan analisis blokchain, Chainanlysis, menyusun Adopsi Kripto Global 2023 untuk mengukur aktivitas serta volume on-chain yang ada di setiap negara. Perusahaan tersebut kemudian membobotkan angka dengan tingkat daya beli per kapita serta metrik yang relevan lainnya.
Peringkat Indonesia Untuk Adopsi Kripto
Adapun hasilnya menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-7 dalam indeks keseluruhan. Selain itu, juga berhasil menduduki peringkat ke-13 untuk nilai kripto yang diterima melalui layanan maupun solusi terpusat ritel.
Kemudian, Indonesia berada di peringkat ke-14 dalam volume perdagangan peer-to-peer (P2P). Tidak hanya itu, juga menjadi peringkat ke-5 dalam nilai yang diterima dari keuangan terdesentralisasi (DeFi) serta protokol DeFi ritel.
Founder Aliansi Media Crypto Indonesia (AMCI), Isybel Harto, menjelaskan bahwa Indonesia tercatat sebagai salah satu dari 6 negara CSAO (Asia Tengah & Selatan dan Oseania) yang masuk dalam 10 teratas dari indeks tersebut. Dalam hal ini, negara mampu untuk melawan tren negatif industri kripto yang sedang berlangsung.
Meskipun demikian, adopsi aset digital grassroots atau kalangan masyarakat biasa secara keseluruhan mengalami penurunan beberapa waktu terakhir. Angka Q1 dan Q2 tahun 2023 menunjukkan tren pertumbuhan negatif dari tahun ke tahun. Angka tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan level tertingginya pada Q2 2021 lalu.
Baca Juga: Harga Bitcoin Capai Level Tertinggi di Turki, Nigeria, dan Argentina