Mengenal Istilah Web3 dan Penerapannya

Dalam beberapa waktu terakhir, internet penuh sesak dengan istilah baru. Sebut saja Metaverse, NFT, dan kali ini ada Web 3.0.

Web3 merupakan visi masa depan internet dengan istilah lain Web 3.0. Jauh sebelumnya sudah ada pendahulunya yakni Web 1.0 dan Web 2.0.

Web 1.0 dimulai pada 1990-an yakni hari-hari awal internet, saat itu web adalah cara mendemokratisasi akses ke informasi. Berikutnya pertengahan 2000-an ada web 2.0, saat nama-nama besar seperti Google, Amazon, Facebook hingga Twitter muncul. Platform besar itu menertibkan internet dengan mempermudah koneksi dan transaksi online.

Namun para kritikus menyebut perusahaan-perusahaan tersebut memiliki terlalu banyak kekuatan. Web 3.0 terkait merebut kembali sebagian kekuatan, dikutip dari NPR, Senin (17/1/2022).

Para penggemar Web 3.0 menyebut untuk mengembalikan kekuatan itu dengan mengulang internet saat jaringan sosial, mesin pencarian dan pasar muncul dengan tidak ada perusahaan yang memiliki.

Mereka akan terdesentralisasi dibangun di atas sistem Blockchain. Jadi akan ada pembukuan di mana banyak komputer sekaligus menyimpan data yang bisa dicari oleh siapa saja.

NPR menuliskan sistem ini akan dioperasikan oleh pengguna secara kolektif bukan lagi perusahaan. Orang akan diberikan token untuk berpartisipasi dan digunakan memberikan suara pada keputusan serta menghasilkan nilai nyata.

Web 3.0 membuat pengguna mengontrol data mereka sendiri. Mereka akan berpindah dari media sosial ke email atau belanja dengan satu akun dipersonalisasi, membuat catatan di Blockchain dari seluruh aktivitas.

“Bagi kebanyakan orang itu terdengar seperti Voodoo. Namun saat Anda menekan tombol untuk menyalakan lampu, apakah Anda mengerti bagaimana listrik dibuat? Ada tidak perlu tahu bagaimana listrik bekerja untuk memahami manfaatnya. Sama halnya dengan Blockchain,” jelas pengusaha dan dosen Blockchain di University of California Berkeley, Olga Mack.

Gerakan Web 3.0 terbantu dengan tren NFT. Selain itu Twitter juga sedang mempelajari cara memasukkan konsep ke platform, ungkap Esther Crawford, manajer proyek senior Twitter.

Dia mengatakan di masa depan, bukan Twitter versi kripto yang menggantikan platform itu. Namun perusahaan akan memperkenalkan fitur Web3 di atas Twitter standar.

“Untuk waktu yang lama, Web 3.0 sangat teoritis. Namun sekarang ada lonjakan momentum untuk membangun,” ungkapnya.

Dhimas Bhagastama

Dhimas Bhagastama

Mahasiswa Progam Studi Televisi dan Film yang tengah mencoba mengembangkan potensi di bidang media dan social media specialist.

Artikel Lainnya:

Advertisement